Cara Makan atau Minum Obat yang Baik dan Benar

Obat merupakan sesuatu yang umumnya dikonsumsi saat seseorang sakit. Pernahkah anda merasa sudah berobat ke dokter tapi belum sembuh juga? Mungkin kita tidak harus mengatakan obatnya tidak manjur tapi lihat apakah cara minum obatnya sudah benar atau belum. Banyak sekali pendapat tentang cara minum obat, seperti “kalau mau makan obat harus makan nasi terlebih dahulu, jangan minum obat dengan susu, dll”. Pendapat tersebut bisa benar, tetapi banyak juga yang keliru.

Walaupun sekali semua orang pasti pernah minum obat. Tapi mungkin banyak yang tidak menaruh perhatian terhadap obat yang dikonsumsi. Banyak orang minum obat bebas atau obat yang diresepkan dokter tanpa mempedulikan kemungkinan timbulnya efek samping atau adanya kontraindikasi dari obat yang diminum.

c

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam minum obat :

  • Periode Minum

Disini maksudnya jika sakit dan harus minum obat tiga kali sehari maka minum obatnya tidak boleh sekehendak hati. Kita seringkali minum kalo ingat saja, atau minumnya tidak jelas kapan dan suka lupa. Maksud 3 x 1 tablet sehari artinya minum obatnya tiap 8 jam sekali, kalo 2 x 1 tablet artinya 12 jam sekali minum. Karena dalam satu hari ada 24 jam jadi dibagi berapa kali minumnya. Jadi meski kita minum obat sudah tiga kali sehari tapi periodenya tidak tepat atau malah molor maka kadarnya obatnya tidak akan efektif.

  • Sebelum Makan atau Sesudah makan

“Boleh diminum kapan saja” Tetapi di lain pihak masyarakat bertanya-tanya, benarkah obat ini aman diminum tanpa makan terlebih dahulu. Tidakkah hal ini akan berpengaruh terhadap lambung dan beribu pertanyaan lain yang timbul dibenak tentang interaksi yang mungkin terjadi antara obat dan makanan.

Banyak orang beranggapan yang penting obatnya sudah saya minum ternyata tidak se simple itu. Beberapa obat ada yang absorbsinya baik jika perut kosong atau perut terisi.

Sebetulnya bagaimana makanan dapat mempengaruhi kerja obat? Obat yang diberikan secara oral  akan melalui saluran pencernaan terlebih dahulu. Oleh karena itu hasil kerja obat di dalam tubuh manusia sangat mungkin dipengaruhi oleh makanan atau minuman yang dikonsumsinya. Mekanismenya bisa terjadi melalui penghambatan penyerapan obat atau dengan mempengaruhi aktivitas enzim di saluran cerna ataupun enzim di hati.

Ada 2 kemungkinan hasil interaksi obat dan makanan. Yang pertama interaksi obat dan makanan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat atau manfaat obat dan yang kedua dapat meningkatkan efek samping atau efek dari obat itu sendiri.

Sebaiknya baca aturan pakai dengan seksama, kalau dikatakan diminum sebelum makan, artinya minumlah obat saat perut kosong (1/2  sampai 1 jam sebelum makan). Sebaliknya kalau tertulis diminum sesudah makan, artinya diminum saat lambung terisi makanan (selesai makan sampai ½ jam sesudah makan) dan ada lagi obat yang diminum saat makan.

  • Takaran yang pas

Artinya sesuai dosis yang dianjurkan, missal kalo dapat obat dalam bentuk larutan (sirup) di suruh minum satu sendok teh artinya bukan sendok teh kecil yang ada di rumah kita. Sendok kecil umum di Indonesia hanya berkisar 3mL, sementara takaran yang tepat untuk satu sendok teh adalah 5 mL. Biasanya obat sirup sudah ada sendok obatnya (sendok takar) yang mana 1 sendok takar sama dengan 5 mL.

Untuk sendok besar (sendok makan ) yang ada di rumah kita mungkin hanya berkisar 7 mL, sementara takaran yang benar untuk satu sendok makan adalah 15 mL.

Sehingga jika obat yang diberikan tidak dengan takaran yang pas (sesuai) maka dosis obat yang diberikan juga tidak sesuai, bisa jadi dosisnya kurang atau berlebih yang pada akhirnya akan berakibat fatal.

 

kesalahan membeli obat menurut apoteker

 

Realitabaru – selain periksa kedokter umumnya seseorang meminum obat agar cepat sembuh dari penyakit. Kesalahan dalam  obat sering kita jumpai di masyarakat. Kadang seseorang merasa pengobatan oleh dokter tidak manjur, ataupun mengatakan bahwa obat tidak bagus padahal orang tersebut salah dalam penggunaan obat.

b

Berikut kesalahan yang sering dialami orang yang mengkonsumsi obat :

  • Lebih menggunakan obat paten daripada generik

Obat generik memiliki bahan aktif yang sama dengan obat paten sehingga secara efektivitas harusnya obat generik sama dengan obat paten. Akan tetapi karena obat generik lebih murah di banding obat paten menyebabkan masyarakat berpikir bahwa obat generik tidak bagus

  • Tidak berkomunikasi dengan apoteker

Kebanyakan konsumen obat membeli obat hanya berdasarkan pengalaman atau refrensi dari teman. Jika anda ke apotek, maka sebelum membeli obat berkonsultasilah dengan apoteker, karena apoteker lah yang mengerti tatacara minum obat yang benar dan tepat.

  • Menggunakan selain air putih untuk minum obat

Air selain air putih terkadang memiliki efek yang kurang  efektif terdapat khasiat obat atau memiliki efek semakin reaktif dengan obat seperti Jus. Jus jeruk dapat mengurangi atau meningkatkan absorbsi bahan obata sehingga semakin reaktif yang berujung pada overdosis dan sebaliknya.

  • Menggunakan obat kadaluarsa

Kadang seseorang memiliki pemikiran  sayang untuk membuang obat yang telah expired. Jangan pernah ragu untuk membuang obat yang telah kadaluarsa karena obat tersebut telah menjadi berbahaya untuk anda.

 

 

‘DAGUSIBU’, Program IAI Cegah Peredaran Obat Palsu

JAKARTA -Anggota Badan Sertifikat Profesi Ikatan Apoteker Indonesia (BPS-IAI), Sugiyartono menyampaikan bahwa pihaknya telah memiliki banyak program terkait pencegahan penggunaan obat palsu, salah satunya ‘DAGUSIBU’.

“DAGUSIBU merupakan singakatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang,” kata dia dalam diskusi publik ‘Penanganan Pencegahan Obat Palsu dan Ilegal’ di Royal Kuningan Hotel, Jakarta Selatan, Kamis (18/2/2016).

Ia menjelaskan bahwa program tersebut memiliki peranan untuk memerangi peradaran obat ilegal dan obat palsu yang ada di Indonesia.

“IAI mendukung perang terhadap obat palsu. Dan para apoteker berperan menjadi salah satu kunci sukses dalam upaya melawan obat palsu dengan mengedukasi diri sendiri,” lanjutnya.

Sugiyartono menekankan, obat yang dikonsumsi masyarakat harus aman, bermanfaat, dan berkualitas agar tidak mengancam jiwa seseorang. Peran masyarakat, tambah Sugiyartono, harus pandai memeriksa obat, sering berkonsultasi dengan apoteker guna mendapatkan obat yang benar sesuai takaran.